Wednesday, December 12, 2012

rame-rame..

cerita cinta konyol


Untuk kau, cinta yang belum sempat kumiliki

Tidakkah kau rindu padaku? Rindu pada cerita cinta konyol masa lalu? Aku merindukannya; masa lalu, cerita cinta, dan kamu. Butuh berapa tahun lagi untuk kita bersama? Sejak dulu, aku sudah menginginkanmu jadi milikku, apakah kau tidak menyadari itu?
            Mungkin buatmu menyukai itu mudah, tapi tidak buatku. Buktinya, sudah bertahun-tahun dari masa itu, tapi aku belum juga bisa benar-benar melupakanmu. Ketika kupejamkan mata dan menyebut namamu, matamu adalah hal pertama yang divisualisasikan karena matamulah yang paling kusuka. Ketika kedua bola mata berwarna coklat itu menatapku, aku merasa seperti dipenjara oleh matamu. Takkan sanggup aku berlama-lama menatap matamu karena itu hanya membuat hatiku keluar dari jalurnya.
            Aku, Conan, kamu, kita. Aku masih mengingatnya, tentu saja; mengingat ketika kau menyebut dirimu “Shinichi Kudo” dan aku “Ran Mouri” lalu kita berdua tertawa bersama. Indah, konyol, itulah kita.
            Akankah kita bersama? Atau takkan pernah bersama dan selamanya cerita kita hanya menjadi cerita cinta konyol masa lalu? Hanya Tuhan yang tahu itu.

Dwi. 241012. 16.16


Pas ulang tahun ejel..

Tuesday, December 11, 2012

Bodoh!


                Dasar bodoh! Aku menginginkanmu di sini, tapi kau malah menyerah dan pergi. Dasar bodoh! Bisa-bisanya kau salah mengartikan sikapku padamu? Kau memang bodoh sekali. Padahal semua orang tahu kalau aku mencintaimu, tapi kau malah mengadu pada orang banyak kalau aku tidak mencintaimu berharap mereka mengasihanimu yang menangis terisak dan mereka menyalahkanku. Untungnya mereka tidak sebodoh kau, mereka tahu apa yang kurasa, hanya kau saja yang tidak tahu. Atau kau berpura-pura tidak tahu?
                Dasar bodoh! Aku menciummu karena mencintaimu, bukan karena nafsu. Bisa-bisanya Tuhan menciptakan orang sebodoh kau yang tidak bisa membaca semua sikapku? Kau bilang kau lelah karena cintamu tak tersambut. Kau bilang kau lelah menungguku membalas cintamu. Oleh karena itulah kau pergi.
                Yang lebih bodoh lagi adalah ketika aku melihatmu berjalan bergandengan tangan dengan gadis lain. Kau meninggalkanku karena kau lelah atau karena gadis itu? Tanpa perlu kau jawab, aku sudah tahu jawabannya.
                Tamparanku di pipimu tidak dapat mewakili seluruh amarahku padamu. Kau marah, aku lebih marah lagi.
                Mataku basah. Sial, lelaki bodoh itu membuat hatiku berlubang.
                AKU MENCINTAIMU, BODOH!
                Dan yang paling bodoh adalah aku karena mencintai lelaki bodoh sepertimu.

290812
Gemala Dwie Areta


Saturday, December 1, 2012

bumi, matahari, dan langit

mungkin matahari bisa selalu bersama dengan langit,
tapi apa kau tahu kalau hati langit
hanya milik bumi?

ini adalah perjuangan anak-anak semester 7 hahahaha

Tuesday, November 13, 2012

aku ingat

aku ingat pernah mencintaimu
dengan sepenuh hati
dan itu menyenangkan.
sangat malah.
aku juga ingat luka yang kau berikan untukku
dan itu menyakitkan.
sangat malah.
tapi aku bersyukur pernah mengenalmu
sesakit apa pun hatiku,
aku tidak pernah benar-benar bisa membencimu.

wiie
071112. 12.19.57

Untuk Tuhan



            Aku tersesat. Mana Tuhan yang katanya akan selalu membantu umat-Nya yang sedang membutuhkan pertolongan? Sudah lama aku terus saja berputar-putar di jalan ini, tapi sampai sekarang aku belum juga menemukan ujung dari jalan ini. Malah kebanyakan dari cabang jalan ini buntu.
            Sudah berulang kali aku memohon pada Tuhan agar membantuku dalam menemukan ujung jalan ini, tapi yang ada aku malah semakin tersesat. Jalan ini menyeramkan; banyak sekali jalan bercabang dan banyak pula yang buntu, ditambah lagi dengan penerangan lampu yang remang-remang, dan lagi, aku belum bisa keluar dari jalan ini.
            Aku berdiri menyandar pada sebuah pohon besar yang berada di pinggir jalan. Dadaku sesak, mataku panas, aku sudah tidak sanggup lagi dengan semua ini, begitu juga dengan mataku yang sudah tidak bisa menahan air yang ingin keluar. Akhirnya aku pun menangis dengan sesunggukan.
            “Aku menyerah, Tuhan,” kataku dalam hati. “Aku tidak bisa menemukan ujung jalan ini dan aku sudah tidak sanggup lagi untuk mencarinya. Biarkan aku keluar dari sini, Tuhan.”
            Jika memang Tuhan itu Maha Mendengar, seharusnya perkataanku itu akan membuat-Nya terenyuh dan Ia akan membantuku menemukan ujung jalan ini.
{{{
            “Aku maafin kamu, Bani.” Juliet. Seorang gadis yang sudah kupacari selama tiga bulan, yang sudah kuselingkuhi dengan dua gadis lainnya dan ketika ia mengetahui itu, inilah reaksinya:
            PLAK!! “Gue harap lo ketabrak!” dan ia pun melangkah pergi.
{{{
            “Bani, gue udah maafin elo.” Robin, seorang pemuda tampan dan berasal dari keluarga kaya. Teman yang dua bulan lalu kekasihnya kujadikan selingkuhan. Mobilnya kuhancurkan—karena aku menyetir dalam keadaan mabuk—dan aku telah berbohong padanya ketika meminjam uangnya yang sebesar lima juta dengan alasan untuk biaya rumah sakit ibuku—kenyataannya, ibuku dalam keadaan sehat dan uang itu aku gunakan untuk membeli shabu-shabu. Reaksinya adalah:
            Ia memukuliku habis-habisan lalu berkata, “Gue harap lo masuk Rumah Sakit dan koma selama tiga minggu!”
{{{
           Seorang wanita yang kira-kira berumur 50-53 tahun memandangiku dengan berbagai ekspresi; terkejut, marah, dan sedih. Lalu ia duduk di kursi yang berada di sebelah tempat tidurku. Ia adalah ibuku yang setiap perkataannya tidak pernah kudengarkan yang ada malah selalu kubantah. Ia juga yang mengeluarkanku dari penjara ketika aku dan teman-temanku tertangkap sedang pesta shabu-shabu. Ia sampai meminjam pada lintah darat karena uang jaminan untuk mengeluarkanku lumayan besar untuk keluarga kami, apalagi ibu hanya membuka usaha warung kecil-kecilan. Kira-kira empat bulan lalu, aku telah benar-benar menghancurkan hidupnya karena aku kabur setelah seorang gadis remaja mendatangiku dan memintaku untuk menikahinya karena aku sudah menghamilinya.
            Sebulan yang lalu, aku pulang kembali ke rumah, hanya untuk mengambil beberapa pakaian dan aku mengambil selembar uang lima puluh ribu dari laci tempat ibuku menyimpan uangnya.
            “Dasar anak nggak tau diri! Anak kayak kamu lebih baik mati dari pada hidup nyusahin orang lain doang!”
            “Ya udah, rajin-rajin doa aja, ya, sama Tuhan biar gue cepet mati,” sahutku kala itu.
            Dan inilah perkataannya sekarang, “Ibu maafin kamu, Nak.”
{{{
            Aku terkejut ketika melihat sebuah cahaya yang sangat menyilaukan dari kejauhan. Kuhapus air mataku dan segera berlari menuju cahaya itu. Walaupun aku tidak tahu pasti apa itu, tapi entah kenapa aku ingin sekali berlari ke arahnya.
            “Selamat datang di akhirat.” Dua orang yang berpakaian hitam dan putih menyambutku.
{{{
            “Suster! Suster!” teriak ibu dengan panik ketika melihat garis lurus di layar yang memonitor pergerakan nadiku.
            Dua orang suster dan seorang dokter mencoba menyelamatkanku, tapi akhirnya mereka menyerah.
            “Maaf, Ibu,” ucap dokter itu dengan lirih dan penuh penyesalan.
            Seketika, tangis ibu pecah. Melihat itu benar-benar mengiris hatiku.
{{{
            “Bu, maafin Bani, ya, selalu nyusahin Ibu. Mungkin ini jalan terbaik buat kita. Sekali lagi, maafin Bani, Bu.” Setetes air jatuh di pipiku.
            Ibu hanya memandangiku dengan mata yang berkaca-kaca. Begitu juga ketika aku mulai meninggalkannya. Mungkin ia tidak tahu harus berbuat apa.
            Meski hanya lewat mimpi, setidaknya itu bisa membuatku tenang, pergi tanpa ada ganjalan. Sepertinya Tuhan muak dengan perbuatanku selama ini sehingga Ia mengabulkan perkataan Juliet, Robin, dan ibuku agar aku sadar.
            Haahhh…. Tuhan, aku minta maaf.
070111-080111
Created by:
Gemala Dwie Areta
dwiesanganakbaik@yahoo.com