with ejel..
Thursday, December 20, 2012
Wednesday, December 12, 2012
cerita cinta konyol
Untuk kau, cinta yang belum
sempat kumiliki
Tidakkah kau
rindu padaku? Rindu pada cerita cinta konyol masa lalu? Aku merindukannya; masa
lalu, cerita cinta, dan kamu. Butuh berapa tahun lagi untuk kita bersama? Sejak
dulu, aku sudah menginginkanmu jadi milikku, apakah kau tidak menyadari itu?
Mungkin buatmu menyukai itu mudah, tapi tidak buatku.
Buktinya, sudah bertahun-tahun dari masa itu, tapi aku belum juga bisa
benar-benar melupakanmu. Ketika kupejamkan mata dan menyebut namamu, matamu
adalah hal pertama yang divisualisasikan karena matamulah yang paling kusuka.
Ketika kedua bola mata berwarna coklat itu menatapku, aku merasa seperti
dipenjara oleh matamu. Takkan sanggup aku berlama-lama menatap matamu karena
itu hanya membuat hatiku keluar dari jalurnya.
Aku, Conan, kamu, kita. Aku masih mengingatnya, tentu
saja; mengingat ketika kau menyebut dirimu “Shinichi Kudo” dan aku “Ran Mouri”
lalu kita berdua tertawa bersama. Indah, konyol, itulah kita.
Akankah kita bersama? Atau takkan pernah bersama dan
selamanya cerita kita hanya menjadi cerita cinta konyol masa lalu? Hanya Tuhan
yang tahu itu.
Dwi. 241012. 16.16
Tuesday, December 11, 2012
Bodoh!
Dasar bodoh! Aku menginginkanmu di sini, tapi kau
malah menyerah dan pergi. Dasar bodoh! Bisa-bisanya kau salah mengartikan
sikapku padamu? Kau memang bodoh sekali. Padahal semua orang tahu kalau aku
mencintaimu, tapi kau malah mengadu pada orang banyak kalau aku tidak
mencintaimu berharap mereka mengasihanimu yang menangis terisak dan mereka
menyalahkanku. Untungnya mereka tidak sebodoh kau, mereka tahu apa yang kurasa,
hanya kau saja yang tidak tahu. Atau kau berpura-pura tidak tahu?
Dasar bodoh! Aku menciummu karena mencintaimu, bukan
karena nafsu. Bisa-bisanya Tuhan menciptakan orang sebodoh kau yang tidak bisa
membaca semua sikapku? Kau bilang kau lelah karena cintamu tak tersambut. Kau
bilang kau lelah menungguku membalas cintamu. Oleh karena itulah kau pergi.
Yang lebih bodoh lagi adalah ketika aku melihatmu
berjalan bergandengan tangan dengan gadis lain. Kau meninggalkanku karena kau
lelah atau karena gadis itu? Tanpa perlu kau jawab, aku sudah tahu jawabannya.
Tamparanku di pipimu tidak dapat mewakili seluruh
amarahku padamu. Kau marah, aku lebih marah lagi.
Mataku basah. Sial, lelaki bodoh itu membuat hatiku
berlubang.
AKU MENCINTAIMU, BODOH!
Dan yang paling bodoh adalah aku karena mencintai
lelaki bodoh sepertimu.
290812
Gemala Dwie Areta
Saturday, December 1, 2012
bumi, matahari, dan langit
mungkin matahari bisa selalu bersama dengan langit,
tapi apa kau tahu kalau hati langit
hanya milik bumi?
tapi apa kau tahu kalau hati langit
hanya milik bumi?
Tuesday, November 13, 2012
aku ingat
aku ingat pernah mencintaimu
dengan sepenuh hati
dan itu menyenangkan.
sangat malah.
aku juga ingat luka yang kau berikan untukku
dan itu menyakitkan.
sangat malah.
tapi aku bersyukur pernah mengenalmu
sesakit apa pun hatiku,
aku tidak pernah benar-benar bisa membencimu.
wiie
071112. 12.19.57
dengan sepenuh hati
dan itu menyenangkan.
sangat malah.
aku juga ingat luka yang kau berikan untukku
dan itu menyakitkan.
sangat malah.
tapi aku bersyukur pernah mengenalmu
sesakit apa pun hatiku,
aku tidak pernah benar-benar bisa membencimu.
wiie
071112. 12.19.57
Untuk Tuhan
Aku
tersesat. Mana Tuhan yang katanya akan selalu membantu umat-Nya yang sedang
membutuhkan pertolongan? Sudah lama aku terus saja berputar-putar di jalan ini,
tapi sampai sekarang aku belum juga menemukan ujung dari jalan ini. Malah
kebanyakan dari cabang jalan ini buntu.
Sudah
berulang kali aku memohon pada Tuhan agar membantuku dalam menemukan ujung
jalan ini, tapi yang ada aku malah semakin tersesat. Jalan ini menyeramkan;
banyak sekali jalan bercabang dan banyak pula yang buntu, ditambah lagi dengan
penerangan lampu yang remang-remang, dan lagi, aku belum bisa keluar dari jalan
ini.
Aku
berdiri menyandar pada sebuah pohon besar yang berada di pinggir jalan. Dadaku
sesak, mataku panas, aku sudah tidak sanggup lagi dengan semua ini, begitu juga
dengan mataku yang sudah tidak bisa menahan air yang ingin keluar. Akhirnya aku
pun menangis dengan sesunggukan.
“Aku
menyerah, Tuhan,” kataku dalam hati. “Aku tidak bisa menemukan ujung jalan ini
dan aku sudah tidak sanggup lagi untuk mencarinya. Biarkan aku keluar dari
sini, Tuhan.”
Jika
memang Tuhan itu Maha Mendengar, seharusnya perkataanku itu akan membuat-Nya
terenyuh dan Ia akan membantuku menemukan ujung jalan ini.
{{{
“Aku
maafin kamu, Bani.” Juliet. Seorang gadis yang sudah kupacari selama tiga bulan,
yang sudah kuselingkuhi dengan dua gadis lainnya dan ketika ia mengetahui itu,
inilah reaksinya:
PLAK!!
“Gue harap lo ketabrak!” dan ia pun melangkah pergi.
{{{
“Bani,
gue udah maafin elo.” Robin, seorang pemuda tampan dan berasal dari keluarga
kaya. Teman yang dua bulan lalu kekasihnya kujadikan selingkuhan. Mobilnya
kuhancurkan—karena aku menyetir dalam keadaan mabuk—dan aku telah berbohong
padanya ketika meminjam uangnya yang sebesar lima juta dengan alasan untuk biaya rumah
sakit ibuku—kenyataannya, ibuku dalam keadaan sehat dan uang itu aku gunakan
untuk membeli shabu-shabu. Reaksinya adalah:
Ia
memukuliku habis-habisan lalu berkata, “Gue harap lo masuk Rumah Sakit dan koma
selama tiga minggu!”
{{{
Seorang
wanita yang kira-kira berumur 50-53 tahun memandangiku dengan berbagai
ekspresi; terkejut, marah, dan sedih. Lalu ia duduk di kursi yang berada di
sebelah tempat tidurku. Ia adalah ibuku yang setiap perkataannya tidak pernah
kudengarkan yang ada malah selalu kubantah. Ia juga yang mengeluarkanku dari
penjara ketika aku dan teman-temanku tertangkap sedang pesta shabu-shabu. Ia
sampai meminjam pada lintah darat karena uang jaminan untuk mengeluarkanku
lumayan besar untuk keluarga kami, apalagi ibu hanya membuka usaha warung
kecil-kecilan. Kira-kira empat bulan lalu, aku telah benar-benar menghancurkan
hidupnya karena aku kabur setelah seorang gadis remaja mendatangiku dan
memintaku untuk menikahinya karena aku sudah menghamilinya.
Sebulan
yang lalu, aku pulang kembali ke rumah, hanya untuk mengambil beberapa pakaian
dan aku mengambil selembar uang lima
puluh ribu dari laci tempat ibuku menyimpan uangnya.
“Dasar
anak nggak tau diri! Anak kayak kamu lebih baik mati dari pada hidup nyusahin
orang lain doang!”
“Ya
udah, rajin-rajin doa aja, ya, sama Tuhan biar gue cepet mati,” sahutku kala
itu.
Dan
inilah perkataannya sekarang, “Ibu maafin kamu, Nak.”
{{{
Aku
terkejut ketika melihat sebuah cahaya yang sangat menyilaukan dari kejauhan.
Kuhapus air mataku dan segera berlari menuju cahaya itu. Walaupun aku tidak
tahu pasti apa itu, tapi entah kenapa aku ingin sekali berlari ke arahnya.
“Selamat
datang di akhirat.” Dua orang yang berpakaian hitam dan putih menyambutku.
{{{
“Suster!
Suster!” teriak ibu dengan panik ketika melihat garis lurus di layar yang
memonitor pergerakan nadiku.
Dua
orang suster dan seorang dokter mencoba menyelamatkanku, tapi akhirnya mereka
menyerah.
“Maaf,
Ibu,” ucap dokter itu dengan lirih dan penuh penyesalan.
Seketika,
tangis ibu pecah. Melihat itu benar-benar mengiris hatiku.
{{{
“Bu,
maafin Bani, ya, selalu nyusahin Ibu. Mungkin ini jalan terbaik buat kita.
Sekali lagi, maafin Bani, Bu.” Setetes air jatuh di pipiku.
Ibu
hanya memandangiku dengan mata yang berkaca-kaca. Begitu juga ketika aku mulai
meninggalkannya. Mungkin ia tidak tahu harus berbuat apa.
Meski
hanya lewat mimpi, setidaknya itu bisa membuatku tenang, pergi tanpa ada
ganjalan. Sepertinya Tuhan muak dengan perbuatanku selama ini sehingga Ia
mengabulkan perkataan Juliet, Robin, dan ibuku agar aku sadar.
Haahhh….
Tuhan, aku minta maaf.
070111-080111
Created
by:
Gemala
Dwie Areta
dwiesanganakbaik@yahoo.com
Subscribe to:
Posts (Atom)